Selasa, 10 Januari 2012

Pemikiran Al-Qabisi tentang Pendidikan Dasar


Seorang ahli berasal dari maghribi adalah Abu Hasan Al-Qabisi (w.403/1012M). Beliau menghimpun sebuah buku yang berorientasi pendidikan dengan metode khusus yang berkembang pada masanya. Dalam karyanya yang berjudul "Al-Risalah li Ahwal al-Muta'alimin wa Ahkami Mu'alimin wa al-Muta'alimin".
Dalam buku tersebut Al-Qabisi menguraikan pendapatnya tentang metode pengajaran bagi para pengajar yang mengandung ketentuan khusus atas pekerjaan dalam batasan yang disesuaikan dan seterusnya, terurai pendapatnya yang berharga dan pemanfaatannya.
Al-Qabisi berpendapat bahwa mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya merupakan sebuah kebutuhan yang mendasar dan bagian yang harus dimulai dari setiap proses pendidikan anak.
Menurut Al-Qabisi mendidik anak adalah kewajiban agama. Kewajiban mendidik anak merupakan proses awal sebagai peningkatan kualitas umat. Tanpa melalui proses awal itu, sangat tidak mungkin upaya peningkatan kwalitas bisa terwujud. Karena pada dasarnya anak adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan.
Abu Al-Hasan menanggapi pendapat Al-Qabisi dalam sebuah karyannya itu, dengan isyarat isyarat untuk mengajarkan al-Quran yang merupakan sebagian dari urusan agama guna membantu merefleksikan agama itu, juga dapat memantapkan keimanan dalam jiwa.
Pada dasarnya pendapat tersebut menopang karyanya dengan pengetahuan Islam yang luas salah satunya tentang sejarah peradaban Arab. Hal ini lah yang menjadi sandaran penulisan bukunya terhadap realita keutamaan dalam mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya.
Disamping terdapat keutamaan dalam mempelajari dan membaca al-Qur'an, Al-Qabisi berpendapat keutamaan belajar dan mengajarkan serta pembahasan al-Quran itu untuk lebih mengetahui posisinya secara peribadi dalam tingkatannya. Bagi orang yang sholeh adalah dalam akhlaknya yang dikatakan mulia, yakni dalam membaca Al-Quran dengan kontinue serta dapat mengerti apa agama (Islam) itu.
Dalam konteks ini perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa pendidikan yang dijalankan Al-Qabisi adalah pendidikan tingkat dasar yang berlangsung di Kuttab.
Oleh karenanya konsep pendidikan yang ditawarkannya pun lebih banyak relevansinya dengan proses pendidikan pada anak. Hal ini bisa dilihat dari konsepnya tentang kewajiban mcndidik anak.
Surga Makalah
*Dikutip dari berbagai sumber

Makalah Dasar Dan Tujuan Pendidikan

Makalah Dasar Dan Tujuan Pendidikan ini merupakan makalah yang saya buat di semester satu dulu dalam mata kuliah Dasar Dasar Kependidikan. Makalah ini juga telah saya posting di blog saya yang satu lagi. Namun sayang blog tersebut telah expired. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja. Dimana ini dari makalah ini menjelaskan pengertian pendidikan, dasar pendidikan menurut pandangan islam, dasar pendidikan secara umum, Tujuan pendidikan menurut pandangan islam dan tujuan pendidikan secara umum.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pendidikan
Pendidikan memiliki definisi yang sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai sudut.
  1. Definisi Umum
Pendidikan dapat diartikan sebagai Suatu metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.
  1. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan pembuatan mendidik
  1. Menurut Undang-Undang
a.  UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang
b.  UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
  1. Etimologi (Bahasa)
Bahasa Arab : berasal dari kata Tarbiyah, dengan kata kerja Rabba yang memiliki makna mendidik atau mengasuh. Jadi Pendidikan dalam Islam adalah Bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal anak didik sehingga bisa terbentuk pribadi muslim yang baik.
Bahasa Yunani : berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children)
  1. Psikologi
Pendidikan adalah Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat.
II.2 Dasar Pendidikan
Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Hal ini lebih penting dikedepankan supaya tidak menjadi masyarakat berpendidikan yang tidak punya dasar pendidikan sehingga tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila kesempurnaan hidup tidak tercapai berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Dasar atau landasan pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
  1. Pandangan Islam
  1. Al-qur’an.
Al-qur’an merupakan pedoman tertinggi yang manjadi petunjuk dan dasar kita hidup di dunia. Dalam Al-qur’an kita bisa menemukan semua permasalahan hidup termasuk pendidikan dan ilmu pengetahuan.
  1. Hadist
Hadist merupan pedoman kita setalah Al-qur’an, dengan demikian hadist juga merupakan dasar atau elemen dalam pendidikan.
  1. Nilai-nilai Sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan Hadist.
  1. Secara Umum
  1. Religius
Merupaken elemen atau dasar pendidikan yang paling pokok, disini ditanamkan nilai nilai agama islam (iman, akidah dan akhlak)  sebagai suatu pondasi yang kokoh dalam pendidikan
  1. Ideologis
Yaitu mengacu kepada ideologi bangsa kita yakni nya pancasila dan berdasarkan kepada UUD 1945. Dan intinya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
  1. Ekonomis
Pendidikan bisa dijadikan sebagai suatu langkah untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan keluar dari segala bentuk kebodohan dan kemiskinan.
  1. Politis
Lebih mengacu kepada suasana politik yang berlansung.
  1. Teknologis
Dunia telah mengalami eksplosit ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bisa dikatakan teknologi sangat memiliki peran dalam kemajuan dunia pendidikan.
  1. Psikologis dan Pedagogis
Tugas pendidikan sekolah yang utama adalah mengajarkan bagaimana cara belajar, mendidik kejiwaan, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus-menerus sepanjang hidupnya dan memberikan keterampilan kepada peserta didik, mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik.
  1. Sosial Budaya
Mengacu kepada hubungan antara individu dengan individu lainnya dalam suatu lingkungan atau masyarakat. Begitu juga hal nya dengan budaya, budaya masyarakat sangat berperan dalam proses pendidikan, karena budaya identik dengan adat dan kebiasaan. Apabila sosial budaya seseorang itu berjalan baik maka pendidikan akan mudah dicapai.
II.3 Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia.  Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum.
  1. A. Tujuan Pendidikan Dalam Islam
Tujuan pendidikan islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk
  • Pembinaan Akhlak
  • Penguasaan Ilmu
  • Keterampilan bekerja dalam masyarakat
  • Mengembangkan akal dan Akhlak
  • Pengajaran Kebudayaan
  • Pembentukan kepribadian
  • Menghambakan diri kepada Allah
  • Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
  1. B. Tujuan Pendidikan Secara Umum
Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
    1. Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
    2. Tujuan Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu  Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan memepertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
    3. TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa :
  1. Pendidikan menurut pandangan islam lebih dominan kepada pembentukan akhlak, akidah dan iman. Sedangkan secara umum pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan pengembangan kemapuan yang dimiliki. Apabila kedua hal ini digabungkan maka hasil dari pendidikan akan sangat maksimal dan menghasilkan peserta didik yang memiliki intelektual dan akhlak yang mulia.
  2. Dasar pendidikan menurut islam fokus kepada Al-qur’an dan hadist sedang secara umum dasar pendidikan juga lebih menitik beratkan ke dasar religius.
  3. Tujuan Pendidikan baik secara islam dan umum hampir memiliki kesamaan yaitu mendapatkan kesuksesan. Apabila digabungkan maka tujuan pendidikan adalah upaya untuk meraih kesuksesan hidup di dunia dan akherat.
Saran
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam baik secara islam maupun secara umum. .
Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan - Ketika mahasiswa disibukkan dengan berbagai tugas kampus, banyak mahasiswa yang mencari referensi untuk menyelesaikan tugasnya baik di buku, surat kabar bahkan tidak sedikit mahasiswa juga menjadikan internet sebagai tongkrongan mereka sebagai tempat mencari referensi, sekitar 1 hari yang lalu tepatnya pada tanggal 29 Desember 2011. Mahasiswa IKIP Mataram yang Bernama YAYA SURYA NUGRAHA yang sedang duduk di semester 7 jurusan FPOK mengirimkan file ke email saya yang berjudul Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Beliau mengirimkan Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk di bagi kepada sahabat sahabat semua untuk dijadikan sebagai referensi dalam menyusun Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, semoga dengan adanya makalah ini sahabat semua dapat terbantu dalam menyusun tugas yang sesuai dengan makalah yang saya posting ini. Oh iya bagi sahabat sahabat semua yang membutuhkan rpp berkarakter penjasorkes baik di tingkat SD, SMP, SMA mapun SMK ada juga loh di blog ini. penjasorkes sd, penjasorkes smp, penjasorkes sma, dan penjasorkes smk Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada saudara kita ini yang mau membagikan tugasnya secara free kepada kita semua, semoga beliau diberikan rezeki serta kesahatan dari Allah SWT. Amin. Berikut Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di bawah ini BAB I PENDAHULUAN Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 1.1 Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogik. Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagaimanakah definisi pendidikan yang kita anut? Adanya perbedaan pengertian itu pendidikan jasmani dengan istilah-istilah lain seperti gerak badan, aktivitas fisik, kesegaran jasmani, dan olahraga hendaknya tidak menimbulkan polemik yang menyesatkan. Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar, yang terpenting seseorang harus melakukan pembatasan pengertian yang dianut secara jelas dan konsisten apabila membicarakan atau menuliskan berbagai istilah itu sehingga tidak rancu. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia. Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. BAB II KAJIAN PUSTAKA Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2.1 Pengertian pendidikan jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam pendidikan jasmani menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan mengembangan karakter. Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani biasanya dengan contoh atau perilaku. Pengajar tidak baik berkata kepada muridnya untuk memperlakukan orang lain secara adil kalau dia tidak memperlakukan muridnya secara adil. Selain dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik. Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan cognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral. 2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. 2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. 2.4 Hakekat olahraga dan penjas Filsafat olahraga, seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep yang perlu dikaji dan dipahami secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak yaitu ‘mental image’. Walau kita tahu bahwa konsep ini abstrak, tetapi didalam konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu berbeda-beda tentang ini. Konsep dasar tentang keolahragaan beragam, seperti bermain (play), Pendidikan jasmani (Physical education), olahraga (Sport), rekreasi (recreation), tari (dance). Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat belum tercemar. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum tercemar. Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada suatu ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman dan bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk permainan, pendidikan etika disini yang membetuk manusia yang baik dan kritis, sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih bersifat mengembangkan daya pikir kritis dengan mengamati realitas kehidupan. Seperti melihat harimau, maka anak akan meniru gaya harimau yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman sepermainnya. Temannya akan berjuang mempertahankan dengan bergelut. Bermain dalam alam anak memberikan konsep anak bertanggung jawab terhadap permainan tersebut. Ketika terjadi “perselisihan” maka tanggung jawab anak terhadap permainan ini membantu dalam pengembangan moralnya. Olahraga (sport) yang merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal mungkin, akan tetapi perkembangan teknologi memungkinkan faktor mesin menjadi techno-sport, seperti balap mobil, balap motor, yang banyak tergantung dengan faktor mesin. 2.5 Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak. Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu : Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai, kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai. Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani. Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran dimulai, guru menegaskan bila anak tidak mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi. Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan untuk di lakukan. Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, teater, dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan peserta didik. BAB III PENUTUP Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 3.1 Kesimpulan Olahraga bersifat netral dan umum, tidak digunakan dalam pengertian olahraga kompetitif, karena pengertiannya bukan hanya sebagai himpunan aktivitas fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan tidak resmi (informal). Pendidikan jasmani pada dasarnya bersifat universal, berakar pada pandangan klasik tentang kesatuan erat antara “body and mind”, Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional

Read more at: http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/12/makalah-pendidikan-jasmani-dan.html
Copyright aadesanjaya.blogspot.com
Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan - Ketika mahasiswa disibukkan dengan berbagai tugas kampus, banyak mahasiswa yang mencari referensi untuk menyelesaikan tugasnya baik di buku, surat kabar bahkan tidak sedikit mahasiswa juga menjadikan internet sebagai tongkrongan mereka sebagai tempat mencari referensi, sekitar 1 hari yang lalu tepatnya pada tanggal 29 Desember 2011. Mahasiswa IKIP Mataram yang Bernama YAYA SURYA NUGRAHA yang sedang duduk di semester 7 jurusan FPOK mengirimkan file ke email saya yang berjudul Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Beliau mengirimkan Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk di bagi kepada sahabat sahabat semua untuk dijadikan sebagai referensi dalam menyusun Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, semoga dengan adanya makalah ini sahabat semua dapat terbantu dalam menyusun tugas yang sesuai dengan makalah yang saya posting ini. Oh iya bagi sahabat sahabat semua yang membutuhkan rpp berkarakter penjasorkes baik di tingkat SD, SMP, SMA mapun SMK ada juga loh di blog ini. penjasorkes sd, penjasorkes smp, penjasorkes sma, dan penjasorkes smk Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada saudara kita ini yang mau membagikan tugasnya secara free kepada kita semua, semoga beliau diberikan rezeki serta kesahatan dari Allah SWT. Amin. Berikut Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di bawah ini BAB I PENDAHULUAN Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 1.1 Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogik. Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagaimanakah definisi pendidikan yang kita anut? Adanya perbedaan pengertian itu pendidikan jasmani dengan istilah-istilah lain seperti gerak badan, aktivitas fisik, kesegaran jasmani, dan olahraga hendaknya tidak menimbulkan polemik yang menyesatkan. Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar, yang terpenting seseorang harus melakukan pembatasan pengertian yang dianut secara jelas dan konsisten apabila membicarakan atau menuliskan berbagai istilah itu sehingga tidak rancu. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia. Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. BAB II KAJIAN PUSTAKA Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2.1 Pengertian pendidikan jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam pendidikan jasmani menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan mengembangan karakter. Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani biasanya dengan contoh atau perilaku. Pengajar tidak baik berkata kepada muridnya untuk memperlakukan orang lain secara adil kalau dia tidak memperlakukan muridnya secara adil. Selain dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik. Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan cognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral. 2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. 2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. 2.4 Hakekat olahraga dan penjas Filsafat olahraga, seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep yang perlu dikaji dan dipahami secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak yaitu ‘mental image’. Walau kita tahu bahwa konsep ini abstrak, tetapi didalam konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu berbeda-beda tentang ini. Konsep dasar tentang keolahragaan beragam, seperti bermain (play), Pendidikan jasmani (Physical education), olahraga (Sport), rekreasi (recreation), tari (dance). Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat belum tercemar. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum tercemar. Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada suatu ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman dan bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk permainan, pendidikan etika disini yang membetuk manusia yang baik dan kritis, sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih bersifat mengembangkan daya pikir kritis dengan mengamati realitas kehidupan. Seperti melihat harimau, maka anak akan meniru gaya harimau yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman sepermainnya. Temannya akan berjuang mempertahankan dengan bergelut. Bermain dalam alam anak memberikan konsep anak bertanggung jawab terhadap permainan tersebut. Ketika terjadi “perselisihan” maka tanggung jawab anak terhadap permainan ini membantu dalam pengembangan moralnya. Olahraga (sport) yang merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal mungkin, akan tetapi perkembangan teknologi memungkinkan faktor mesin menjadi techno-sport, seperti balap mobil, balap motor, yang banyak tergantung dengan faktor mesin. 2.5 Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak. Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu : Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai, kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai. Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani. Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran dimulai, guru menegaskan bila anak tidak mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi. Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan untuk di lakukan. Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, teater, dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan peserta didik. BAB III PENUTUP Makalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 3.1 Kesimpulan Olahraga bersifat netral dan umum, tidak digunakan dalam pengertian olahraga kompetitif, karena pengertiannya bukan hanya sebagai himpunan aktivitas fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan tidak resmi (informal). Pendidikan jasmani pada dasarnya bersifat universal, berakar pada pandangan klasik tentang kesatuan erat antara “body and mind”, Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional

Read more at: http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/12/makalah-pendidikan-jasmani-dan.html
Copyright aadesanjaya.blogspot.com

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TENTANG BELAJAR DAN PEMBELAJARAN METODE BASED LEARNING

makalah ilmu pendidikan yang berjudul "belajar dan pembelajaran metode based learning" ini dikirim oleh Sukma Windyasari dkk Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga copyright 2010. untuk mendownload makalah belajar dan pembelajaran metode base learning versi microsoft word lihat link di akhir posting Jika ada kekurangan silahkan tambahkan jika ada kelebihan silahkan kurangi, semoga membantu dan terima kasih buat Windy

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada umumnya, yang menjadikan siswa menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan dalam hal ini sekolah tidak dapat lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam penyampaian materi. Profesionalisme seorang guru sangatlah dibutuhkan guna terciptanya suasana proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam pengembangan siswa yang memiliki kemampuan beragam. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilakau kearah yang lebih baik.
Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran yang artinya sebelum siswa belajar harus melalui sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari yang masalahnya bersifat tertutup dan terbuka.Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan menjadi guru professional dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan mengajar sehingga siswa dapat maksimal walaupun dalam kenyataannya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahankan metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dimana guru merupakan elemen di sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan siswa, kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajarn yan tepat, efisien dan efektif.
Menurut UNESCO: “learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together “ siswa bukan hanya duduk diam dan mendengarkan. Siswa harus diberdayakan agar siswa mau serta mampu berbuat untuk memperkaya pengelaman belajar (learning to do ). Interaksi siswa dengan lingkungannya menuntut mereka untuk memahami pengetahuan yang berkaitan dengan dunia sekitarnya (learning to know). Interaksi tersebut diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi akan membentuk kepribadian untuk memahami kebersamaan, bersikap toleransi terhadap teman (learning to live together). Untuk mencapai tujuan yang diatas dibutuhkan metode pengajaran yang sesuai, salah satunya adalah metode pembelajaran Based Learning. Based Learning adalah suatu metode pembelajaran kooperatif berdasarkan pada prinsip penggunaan permasalahan sebagai titik awal untuk penggadaan pengetahuan baru. Pendekatan pemecahan masalah ini menempatkan guru sebagai fasilitator dimana kegiatan belajar mengajar akan dititik beratkan pada keaktifan siswa, kegiatan belajar ini dapat mengasah kemampuan siswa dalam memahami konsep, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan atau ide dan mampu bekerjasama. Proses pembelajaran yang mengikut sertakan siswa secara aktif secara individu maupun kelompok, akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai lebih banyak pengalaman. Dengan pembelajaran dengan metode pembelajaran Based Learning siswa akan lebih kreatif.

B. Tujuan
Dengan strategi pembelajaran baru ini, diharapkan adanya perubahan dari:
1. Mengingat atau menghafal ke arah berpikir dan pemahaman
2. Model ceramah ke pendekatan: discovery learning
3. Belajar secara individu ke belajar bersama-sama
4. Behavioristik ke konstruktivisme, yang ditandai dengan perubahan paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari otak guru ke otak siswa
5. Terkonstruksinya pengetahuan siswa Karena itulah pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat disarankan adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu pendapat bahwa pemahaman suatu konsep atau pengetahuan haruslah dibangun sendiri oleh siswa.

C. Permasalahan
Dari metode pembelajaran Based Learning timbulah berbagai permasalahan antara lain adalah:
➔ Apakah metode Based Learning?
➔ Apa sajakah ciri dari Based Learning?
➔ Apa tujuan dari Based Learning?
➔ Apa sajakah kelemahan dan kelebihan dari Based Learning?





BAB II
PEMBAHASAN

A. METODE BASED LEARNING
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mendengar percakapan seperti: “Kalau ada masalah, mari kita diskusikan bersama” atau “ Segala sesuatu akan dapat kita selesaikan dengan baik apabila kita diskusikan permasalahannya”. Dari percakapan tersebut, kita mendapat gambaran bahwa diskusi merupakan pembicaraan antara dua orang atau lebih untuk membicarakan suatu masalah dan menyelesaikannya.
Based learning adalah strategi pengajaran di mana satu kelas dibagi beberapa kelompok, kemudian diberi masalah dan siswa bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Satu kelas dibagi beberapa kelompok yang mesing-masing kelompok terdiri dari 3-6 orang untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah, bisa dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas. Dalam satu kelompok ini, mereka mempunyai tugas diantaranya:
o Membantu memecahkan masalah yang dihadapi
o Menampilkan saran-saran untuk mendiskusikan atau memecahkan masalah
o Mendengarkan baik-baik dan menghargai sumbangan pikiran anggota-anggota lainnya
o Mengembangkan pendapat atas dasar pendapat anggota lainnya
Memecahkan masalah merupakan metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya. Metode ini dapat didasarkan pada penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran individual dan pengajaran yang aktif. Yang penting ialah, bahwa setiap metode yang digunakan mempunyai tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahakn masalah. Langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh John Dewey, yaitu:
o Pelajar dihadapkan pada masalah
o Pelajar merumusakan masalah itu
o Pelajar merumuskan hipotesis
o Pelajar menguji hipotesis tersebut
Pada umumnya, yang hadir di ruang kelas adalah terjadinya pembelajaran tradisional yang di mana proses pembelajaran yang terjadi bersifat memusatkan pada guru,dengan menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran dengan aktivitas utamanya untuk menghafal materi pelajaran, mengerjakan tugas dari guru, menerima hukuman jika melakukan kesalahan, dan kurang mendapatkan penghargaan terhadap hasil kerjanya. Situasi pembelajaran seperti ini jika terus dipertahankan akan membawa dampak yang buruk bagi siswa, di mana kondisi ini akan memunculkan sikap kegagalan dan mempertahankan diri. Siswa akan merasa apa yang mereka kerjakan bukan merupakan apa yang mereka inginkan. Jika terjadi sesuatu di luar keinginan siswa, maka dia akan berusaha untuk berbohong atau menutupi apa yang mereka rasakan dan alami dalam kegiatan pembelajaran.
Mengapa menggunakan based learning? Karena Based learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam based learning adalah:
1. Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa.Dalam setiap kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari mulai tahap pengetahuan sampai tahap evaluasi. Soal-soal pelajaran dikemas semenarik mungkin, misalnya melalui teka-teki, simulasi games, agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada diri siswa. seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.
3. Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Siswa sebagai pembelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya.
Selain itu , alasan menggunakan metode based learning ialah:
o Meningkat pendidikan untuk semua siswa
o Mengubah pola mengajar dari memberitahu ke melakukan
o Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan membuat keputusan sendiri
o Memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka akan menemukan jawaban pertanyaan atau memecahkan masalah
o Memungkinkan siswa melek teknologi
o Melengkapi siswa dengan keterampilan dan rasa percaya diri untuk sukses pada kompetisi global
o Mengajarkan inti kurikulum dengan cara interdisiplin
Biasanya, based learning digunakan oleh seorang guru ataupun dosen ketika mengajarkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, pertanyaan menarik mionat siswa, bila melatih siswa menjadi pebelajar yang madiri, serta pertanyaan mempunyai kemungkinan jawaban lebih dari satu.
Contoh metode based learning: Guru memberikan suatu studi kasus mengenai kondisi suatu daerah tertentu yang kekurangan gizi sehingga menyebabkan rendahnya produksi daerah tersebut. Maka para siswa diminta untuk menyelesaikan dua masalah yang saling berkaitan itu dengan mempertimbangkan kondisi daerah itu secara keseluruhan termasuk soal keuangan, kelembagaan dan sumber-sumber lainnya yang tersedia bagi pembangunan.





B. CIRI- CIRI METODE BASED LEARNING
o Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik
o Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar berbagai peran orang dewasa dengan terlibat dalam pengalaman nyata/simulasi
o Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
o Penyelidikan autentik
o Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
o Menghindari pembelajaran terisolasi dan berpusat pada guru
o Menciptakan pembelajaran interdisiplin, berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama
o Terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman praktis
o Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang
o Pembelajaran berpusat pada siswa.
o Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil.
o Guru berperan sebagai tutor dan pembimbing.
o Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran
o Masalah adalah kenderaan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
o Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.



C. TUJUAN METODE BASED LEARNING
o Mengembangkan pengetahuan, tentang apakah yang dilakukan dan bagaimana melakukan hal tersebut
o Mengembangkan sikap, tentang keinginan atau kemauan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
o Mengembangkan keterampilan, tentang abilitas untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui proses latihan pada pekerjaan tertentu.
o Melatih siswa berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah,
o Melatih siswa menjadi pebelajar yang mandiri (self regulated learning)
o Memperluas pandangan
o Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah
o Siswa mamapu menyatakan pendapatnya secara lisan. Hal itu melatih kehidupan yang demokratis.
o Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berparisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama
o Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
o Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif
o Membantu mengembangkan kepemimpinan
o Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
o Mengembangkan rasa sosial, karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal
Sementara itu, guru mempunyai peran sebagai berikut:
o Mengajukan masalah otentik/mengorientasikan siswa/mahasiswa kepada masalah
o Memfasilitasi/membimbing penyelidikan pada saat pengamatan atau eksperimen
o Memfasilitasi dialog antara siswa
o Mendukung belajar siswa
o Memberikan instruksi verbal kepada siswa untuk membantu siswa memecahkan masalah. Instruksi verbal maksudnya ialah membimbing atau menjuruskan pemikiran pelajar itu ke arah tertentu

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE BASED LEARNING
a. Kelebihan
o Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat
o Menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Karena pemecahan masalah dilakukan oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada memecahkan masalah secara perseorangan
o Meningkatkan kemungkinan siswa berpikir kritis
o Dapat mengembangkan rasa kepemimpinan
o Siswa dapat belajar memehami siswa lain karena pendapat setiap siswa selalu berbeda
o Dapat saling membantu dalam memecahkan masalah
o Meningkatkan keakraban antar siswa
o Membuat siswa lebih aktif
o Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
o Menimbulkan ide-ide baru
b. Kelemahan
o Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan . Sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan
o Seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi dan menyebabkan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton
o Kadangkala, terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
o Seingkali anggota kelompok mencoba mendominasi pembicaraan, sedangkan anggota lainnya mungkin segan untuk ikut berpartisipasi.
o Model pembelajaran Based Learning biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas
o Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas bahwa pembelajaran Based learning adalah strategi pengajaran di mana satu kelas dibagi beberapa kelompok, kemudian diberi masalah dan siswa bersama-sama memecahkan masalah tersebut.namun dalam setiap pembelajaran memiliki kelemahan dan kekurangan.namun dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif.Selain itu Based Learning adalah suatu metode pembelajaran kooperatif berdasarkan pada prinsip penggunaan permasalahan sebagai titik awal untuk penggadaan pengetahuan baru.

B. SARAN
Dari pembelajaran Based learning dapat disarankan bahwa dari kelemahan dan kelebihanya siswa diharapkan mampu untuk :
➢ Belajar mengemukakan pendapat atau berbicara
➢ Mengasah siswa untuk mencari ide ide
➢ Belajar untuk memahami pendapat dan diharapkan lebih mengerti dengan penjelasan teman atau kelompok.






DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinneka Cipta
Internet
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
N.K, Roestiyah dan Yumiati Suharto. 1985.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Pasaribu I.L dan B. Simandjutak. 1982. Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Penerbit Tarsito
Staton, Thomas F. 1978. Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik: Metode-metode Mengajar Modern dalam Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Penerbit cv. Diponegoro
Surakhmad, Winarno.1980. Pengantar Interaksi Mengajar- Belajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito
Surjadi, A. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar: 65 Cara Belajar Mengajar dalam Kelompok. Bandung: Mandar Maju
http://www.anakciremai.com

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TENTANG BELAJAR DAN PEMBELAJARAN METODE BASED LEARNING

makalah ilmu pendidikan yang berjudul "belajar dan pembelajaran metode based learning" ini dikirim oleh Sukma Windyasari dkk Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga copyright 2010. untuk mendownload makalah belajar dan pembelajaran metode base learning versi microsoft word lihat link di akhir posting Jika ada kekurangan silahkan tambahkan jika ada kelebihan silahkan kurangi, semoga membantu dan terima kasih buat Windy

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada umumnya, yang menjadikan siswa menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan dalam hal ini sekolah tidak dapat lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam penyampaian materi. Profesionalisme seorang guru sangatlah dibutuhkan guna terciptanya suasana proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam pengembangan siswa yang memiliki kemampuan beragam. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilakau kearah yang lebih baik.
Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran yang artinya sebelum siswa belajar harus melalui sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari yang masalahnya bersifat tertutup dan terbuka.Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan menjadi guru professional dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan mengajar sehingga siswa dapat maksimal walaupun dalam kenyataannya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahankan metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dimana guru merupakan elemen di sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan siswa, kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajarn yan tepat, efisien dan efektif.
Menurut UNESCO: “learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together “ siswa bukan hanya duduk diam dan mendengarkan. Siswa harus diberdayakan agar siswa mau serta mampu berbuat untuk memperkaya pengelaman belajar (learning to do ). Interaksi siswa dengan lingkungannya menuntut mereka untuk memahami pengetahuan yang berkaitan dengan dunia sekitarnya (learning to know). Interaksi tersebut diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi akan membentuk kepribadian untuk memahami kebersamaan, bersikap toleransi terhadap teman (learning to live together). Untuk mencapai tujuan yang diatas dibutuhkan metode pengajaran yang sesuai, salah satunya adalah metode pembelajaran Based Learning. Based Learning adalah suatu metode pembelajaran kooperatif berdasarkan pada prinsip penggunaan permasalahan sebagai titik awal untuk penggadaan pengetahuan baru. Pendekatan pemecahan masalah ini menempatkan guru sebagai fasilitator dimana kegiatan belajar mengajar akan dititik beratkan pada keaktifan siswa, kegiatan belajar ini dapat mengasah kemampuan siswa dalam memahami konsep, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan atau ide dan mampu bekerjasama. Proses pembelajaran yang mengikut sertakan siswa secara aktif secara individu maupun kelompok, akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai lebih banyak pengalaman. Dengan pembelajaran dengan metode pembelajaran Based Learning siswa akan lebih kreatif.

B. Tujuan
Dengan strategi pembelajaran baru ini, diharapkan adanya perubahan dari:
1. Mengingat atau menghafal ke arah berpikir dan pemahaman
2. Model ceramah ke pendekatan: discovery learning
3. Belajar secara individu ke belajar bersama-sama
4. Behavioristik ke konstruktivisme, yang ditandai dengan perubahan paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari otak guru ke otak siswa
5. Terkonstruksinya pengetahuan siswa Karena itulah pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat disarankan adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu pendapat bahwa pemahaman suatu konsep atau pengetahuan haruslah dibangun sendiri oleh siswa.

C. Permasalahan
Dari metode pembelajaran Based Learning timbulah berbagai permasalahan antara lain adalah:
➔ Apakah metode Based Learning?
➔ Apa sajakah ciri dari Based Learning?
➔ Apa tujuan dari Based Learning?
➔ Apa sajakah kelemahan dan kelebihan dari Based Learning?





BAB II
PEMBAHASAN

A. METODE BASED LEARNING
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mendengar percakapan seperti: “Kalau ada masalah, mari kita diskusikan bersama” atau “ Segala sesuatu akan dapat kita selesaikan dengan baik apabila kita diskusikan permasalahannya”. Dari percakapan tersebut, kita mendapat gambaran bahwa diskusi merupakan pembicaraan antara dua orang atau lebih untuk membicarakan suatu masalah dan menyelesaikannya.
Based learning adalah strategi pengajaran di mana satu kelas dibagi beberapa kelompok, kemudian diberi masalah dan siswa bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Satu kelas dibagi beberapa kelompok yang mesing-masing kelompok terdiri dari 3-6 orang untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah, bisa dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas. Dalam satu kelompok ini, mereka mempunyai tugas diantaranya:
o Membantu memecahkan masalah yang dihadapi
o Menampilkan saran-saran untuk mendiskusikan atau memecahkan masalah
o Mendengarkan baik-baik dan menghargai sumbangan pikiran anggota-anggota lainnya
o Mengembangkan pendapat atas dasar pendapat anggota lainnya
Memecahkan masalah merupakan metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya. Metode ini dapat didasarkan pada penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran individual dan pengajaran yang aktif. Yang penting ialah, bahwa setiap metode yang digunakan mempunyai tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahakn masalah. Langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh John Dewey, yaitu:
o Pelajar dihadapkan pada masalah
o Pelajar merumusakan masalah itu
o Pelajar merumuskan hipotesis
o Pelajar menguji hipotesis tersebut
Pada umumnya, yang hadir di ruang kelas adalah terjadinya pembelajaran tradisional yang di mana proses pembelajaran yang terjadi bersifat memusatkan pada guru,dengan menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran dengan aktivitas utamanya untuk menghafal materi pelajaran, mengerjakan tugas dari guru, menerima hukuman jika melakukan kesalahan, dan kurang mendapatkan penghargaan terhadap hasil kerjanya. Situasi pembelajaran seperti ini jika terus dipertahankan akan membawa dampak yang buruk bagi siswa, di mana kondisi ini akan memunculkan sikap kegagalan dan mempertahankan diri. Siswa akan merasa apa yang mereka kerjakan bukan merupakan apa yang mereka inginkan. Jika terjadi sesuatu di luar keinginan siswa, maka dia akan berusaha untuk berbohong atau menutupi apa yang mereka rasakan dan alami dalam kegiatan pembelajaran.
Mengapa menggunakan based learning? Karena Based learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam based learning adalah:
1. Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa.Dalam setiap kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari mulai tahap pengetahuan sampai tahap evaluasi. Soal-soal pelajaran dikemas semenarik mungkin, misalnya melalui teka-teki, simulasi games, agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada diri siswa. seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.
3. Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Siswa sebagai pembelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya.
Selain itu , alasan menggunakan metode based learning ialah:
o Meningkat pendidikan untuk semua siswa
o Mengubah pola mengajar dari memberitahu ke melakukan
o Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan membuat keputusan sendiri
o Memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka akan menemukan jawaban pertanyaan atau memecahkan masalah
o Memungkinkan siswa melek teknologi
o Melengkapi siswa dengan keterampilan dan rasa percaya diri untuk sukses pada kompetisi global
o Mengajarkan inti kurikulum dengan cara interdisiplin
Biasanya, based learning digunakan oleh seorang guru ataupun dosen ketika mengajarkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, pertanyaan menarik mionat siswa, bila melatih siswa menjadi pebelajar yang madiri, serta pertanyaan mempunyai kemungkinan jawaban lebih dari satu.
Contoh metode based learning: Guru memberikan suatu studi kasus mengenai kondisi suatu daerah tertentu yang kekurangan gizi sehingga menyebabkan rendahnya produksi daerah tersebut. Maka para siswa diminta untuk menyelesaikan dua masalah yang saling berkaitan itu dengan mempertimbangkan kondisi daerah itu secara keseluruhan termasuk soal keuangan, kelembagaan dan sumber-sumber lainnya yang tersedia bagi pembangunan.





B. CIRI- CIRI METODE BASED LEARNING
o Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik
o Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar berbagai peran orang dewasa dengan terlibat dalam pengalaman nyata/simulasi
o Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
o Penyelidikan autentik
o Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
o Menghindari pembelajaran terisolasi dan berpusat pada guru
o Menciptakan pembelajaran interdisiplin, berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama
o Terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman praktis
o Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang
o Pembelajaran berpusat pada siswa.
o Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil.
o Guru berperan sebagai tutor dan pembimbing.
o Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran
o Masalah adalah kenderaan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
o Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.



C. TUJUAN METODE BASED LEARNING
o Mengembangkan pengetahuan, tentang apakah yang dilakukan dan bagaimana melakukan hal tersebut
o Mengembangkan sikap, tentang keinginan atau kemauan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
o Mengembangkan keterampilan, tentang abilitas untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui proses latihan pada pekerjaan tertentu.
o Melatih siswa berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah,
o Melatih siswa menjadi pebelajar yang mandiri (self regulated learning)
o Memperluas pandangan
o Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah
o Siswa mamapu menyatakan pendapatnya secara lisan. Hal itu melatih kehidupan yang demokratis.
o Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berparisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama
o Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
o Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif
o Membantu mengembangkan kepemimpinan
o Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
o Mengembangkan rasa sosial, karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal
Sementara itu, guru mempunyai peran sebagai berikut:
o Mengajukan masalah otentik/mengorientasikan siswa/mahasiswa kepada masalah
o Memfasilitasi/membimbing penyelidikan pada saat pengamatan atau eksperimen
o Memfasilitasi dialog antara siswa
o Mendukung belajar siswa
o Memberikan instruksi verbal kepada siswa untuk membantu siswa memecahkan masalah. Instruksi verbal maksudnya ialah membimbing atau menjuruskan pemikiran pelajar itu ke arah tertentu

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE BASED LEARNING
a. Kelebihan
o Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat
o Menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Karena pemecahan masalah dilakukan oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada memecahkan masalah secara perseorangan
o Meningkatkan kemungkinan siswa berpikir kritis
o Dapat mengembangkan rasa kepemimpinan
o Siswa dapat belajar memehami siswa lain karena pendapat setiap siswa selalu berbeda
o Dapat saling membantu dalam memecahkan masalah
o Meningkatkan keakraban antar siswa
o Membuat siswa lebih aktif
o Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
o Menimbulkan ide-ide baru
b. Kelemahan
o Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan . Sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan
o Seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi dan menyebabkan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton
o Kadangkala, terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
o Seingkali anggota kelompok mencoba mendominasi pembicaraan, sedangkan anggota lainnya mungkin segan untuk ikut berpartisipasi.
o Model pembelajaran Based Learning biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas
o Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas bahwa pembelajaran Based learning adalah strategi pengajaran di mana satu kelas dibagi beberapa kelompok, kemudian diberi masalah dan siswa bersama-sama memecahkan masalah tersebut.namun dalam setiap pembelajaran memiliki kelemahan dan kekurangan.namun dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif.Selain itu Based Learning adalah suatu metode pembelajaran kooperatif berdasarkan pada prinsip penggunaan permasalahan sebagai titik awal untuk penggadaan pengetahuan baru.

B. SARAN
Dari pembelajaran Based learning dapat disarankan bahwa dari kelemahan dan kelebihanya siswa diharapkan mampu untuk :
➢ Belajar mengemukakan pendapat atau berbicara
➢ Mengasah siswa untuk mencari ide ide
➢ Belajar untuk memahami pendapat dan diharapkan lebih mengerti dengan penjelasan teman atau kelompok.






DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinneka Cipta
Internet
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
N.K, Roestiyah dan Yumiati Suharto. 1985.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Pasaribu I.L dan B. Simandjutak. 1982. Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Penerbit Tarsito
Staton, Thomas F. 1978. Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik: Metode-metode Mengajar Modern dalam Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Penerbit cv. Diponegoro
Surakhmad, Winarno.1980. Pengantar Interaksi Mengajar- Belajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito
Surjadi, A. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar: 65 Cara Belajar Mengajar dalam Kelompok. Bandung: Mandar Maju
http://www.anakciremai.com

UNSUR-UNSUR VISUAL MEDIA SEDERHANA

Pengertian Visual, Media, dan Media Sederhana

a.   Pengertian Visual
Visual merupakan pandangan atau sesuatu yang dapat dilihat. Menurut Sunardi Purwosuwito desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikati dan ungkapan kreatif teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk audio dengan mengelola elemen desain grafis berupa bentuk gambar, huruf warna serta tata letaknya sehingga pesan dan gagasan dapat diterima oleh sasarannya.
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat  ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Bentuk visual berupa :
  1. Gambar representasi yang menunjukkan tampak suatu benda. Contoh gambar, lukisan atau foto.
  2. Diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi dan struktur organisasi materi.
  3. Peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi.
  4. Grafik, seperti tabel grafik dan chart (bagan).
b.   Pengertian Media
Pengertian media berasal dari kata medium yang secara harafiah artinya perantara atau pengantar. Ada beberapa faktor yang memberikan definisi mengenai media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997:2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”.
Sedangkan menurut Djamarah (1995:136) memberikan definisi bahwa “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”.
Purnamawati dan Eldarni (2001:4) juga mendefinisikan bahwa “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan pendapat ketiga para ahli mengenai definisi media maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan atau membantu untuk menyalurkan pesan dan informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta minat siswa sehingga terjadi proses pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran.
c.   Pengertian Media Sederhana dan Alasan
Media tidak selalu identik dengan mahal karena media dapat dibedakan berdasarkan keadaannya yaitu media canggih, yang identik dengan mahal dan media sederhana (simple media) yang tidak memerlukan biaya mahal. Media sederhana merupakan media yang dapat dibuat sendiri. Oleh anda sebagai guru atau ahli media yang biasanya tidak memerlukan listrik untuk menyajikannya.
AlasanPerlunya Media Sederhana
Sesungguhnya proses belajar selalu terjadi dalam kegiatan kejiwaan siswa sendiri atau penalaran sendiri yaitu ketika terjadi interaksi antara lingkungan diri sendiri dengan lingkungan luar. Oleh karena itu alasan perlunya media sederhana dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.   Keyakinan bahwa penggunaan media yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik anak didik mampu memberikan suatu pengalaman baru yang bisa mengubah perilaku (pengetahuan, nilai-nilai, atau kecakapan (keterampilan) melalui aktivitas kejiwaan sendiri).
2.   Untuk mengoptimalkan panca indra anak dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak didik perlu diransang agar mereka tidak hanya mampu mengetahui melainkan juga memahami, mengingat, menganalisis dan melakukan kembali setiap perayaan yang dilakukan guru.
3.   Dengan penggunaan media sederhana mampu merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang dalam, jika digunakan secara seimbang sesuai materi pelajaran.
Kelompok Media Sederhana
Kalau kita kreatif ada berbagai benda yang ada dilingkungan kita yang bisa dijadikan sebagai media sederhana demi tercapainya tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa kelompok media sederhana, yaitu:
1.   Gambar diam, grafis, display, relia, poster dan chart
a.   Gambar diam
Gambar media diam terdiri dari foto, gambar, peta, dan sebagainya. Untuk dapat membuat sendiri media gambar berupa foto dengan memotret. Untuk membuat peta berukuran besar dengan memperbesar peta yang sudah ada, dan membuat gambar kita dapat menggambar sendiri.
b.   Grafik
Secara fisik bentuk grafik dan chat hampir sama akan tetapi grafik hanya menyajikan bentuk visual dari sejumlah angka. Angka-angka tersebut diwakili oleh bentuk visual, misalnya berupa garis, gambar orang, gambar binatang, dan lain-lain.
c.   Display
Bulletin board adalah media display yang sifatnya umum, maksudnya media yang berisi pesan baik untuk kelompok orang maupun populasi. Bulletin board dapat berisi berita, pengetahuan, pesan singkat, dan sebagainya. Bulletin board banyak digunakan untuk pengetahuan sederhana hampir sama dengan majalah dinding. Secara fisik bulletin board adalah suatu bidang datar dengan berbagai ukuran dan bentuk (persegi panjang) yang dapat dit……paku payung.
d.   Relia
Media relia adalah benda nyata, yang tidak harus dihadirkan di ruang kelas tetapi siswa dapat melihat langsung ke objek, sehingga dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa.
Contoh: – Mempelajari keanekaragaman mahluk hidup.
e.   Poster
Poster adalah media yang bersifat persuasif yang bermaksud menarik perhatian dengan menyatukan gambar, warna, tulisan, dan kata-kata.
f.   Chart
Chart merupakan presentasi berupa gambar grafis yang menginformasikan hubungan-hubungan. Misalnya: kronologis, jumlah, dan hierarki.
Unsur-unsur Visual Media Sederhana
Jika kita mengamati sesuatu yang ada disekitar kita seperti majalah, iklan, papan informasi, kita akan menemukan banyak gagasan untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-elemen visual. Tatanan elemen-elemen itu harus dapat menampilkan visual yang dapat dimengerti, terang/dapat dibaca, dan menarik perhatian sehingga mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunaannya.
Unsur-unsur visual media sederhana adalah sebagai berikut:
1.   Kesederhanaan
Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memindahkan siswa untuk menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Kata-kata harus memakai huruf sederhana, dengan huruf mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam tampilan visual. Kalimat-kalimat harus ringkas, tetapi padat dan mudah dimengerti.
2.   Keterpaduan
Keterpaduan mengacu pada hubungan yang terdapat diantara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal, dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.
3.   Penekanan
Konsep yang disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang menjadi pusat perhatian siswa, dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan perspektif warna atau ruang penekanan dapat diberikan pada unsur yang terpenting.
4.   Keseimbangan
Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan-keseimbanganmeskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang seluruhnya simetris disebut keseimbangan formal dengan menampakkan dua bayangan visual yang sama dan sebangun yang cendrung tampak statis, sedangkan keseimbangan informal tidak seluruh simetris yang memberi kesan dinamis dan menarik perhatian.
5.   Bentuk
Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian oleh karena itu pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan perlu diperhatikan.
6.   Garis
Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus.
7.   Tekstur
Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus yang dapat digunakan untuk penekanan unsur, seperti warna.
8.   Warna
Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan, untuk membangun keterpaduan, mempertinggi tingkat realisme objek, menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respons emosional tertentu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan warna yaitu:
1.   Pemilihan warna khusus (merah, biru, dan sebagainya).
2.   Nilai warna yaitu tingkat ketebalan dan ketipisan warna itu dibandingkan dengan unsur lain dalam visual tersebut.
3.   Sintesis atau kekuatan warna untuk memberikan dampak yang diinginkan.

definisi pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Rapikan
Artikel ini perlu dirapikan atau ditulis ulang karena artikel ini bersifat umum sedangkan isinya ditulis dalam konteks yang terlalu spesifik/sempit.

Pendidikan anak usia dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun

Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.

Materi pendidikan

Materi Pendidikan harus disajikan memenuhi nilai-nilai hidup. nilai hidup meliputi nilai hidup baik dan nilai hidup jahat. penyajiannya tidak boleh pendidikan sifatnya memaksa terhadap anak didik, tetapi berikan kedua nilai hidup ini secara objektif ilmiah. dalam pendidikan yang ada di Indonesia seharusnya berjalan diatas sistem tersebut agar Indonesia menjadi lebih baik.

Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan.

Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.

Pendidikan lanjutan meliputi program paket C(setara SLA), kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terogranisasi maupun tidak terorganisasi.

Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC)yang menjadi bagian komponen dari Community Center.

Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).jenis ini termasuk ke dalam pendidikan formal.

Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

Salah satu yang dikembangkan dalam pendidikan tinggi dalam keprofesian adalah yang disebut program diploma, mulai dari D1 sampai dengan D4 dengan berbagai konsentrasi bidang ilmu keahlian. Konsentrasi pendidikan profesi dimana para mahasiswa lebih diarahkan kepada minat menguasai keahlian tertentu. Dalam bidang keahlian dan keprofesian khususnya Desain Komunikasi Visual terdapat jurusan seperti Desain Grafis untuk D4 dan Desain Multimedia untuk D3 dan Desain Periklanan (D3). Dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan keprofesian akan berbeda dengan jalur kesarjanaan (S1) pada setiap bidang studi tersebut.

Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Kualitas pendidikan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia, yaitu:

* Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.

* Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya yang merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.